KONFLIK ANTAR KELOMPOK
שלום עליכם
(Shalom
Aleichem)
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
(Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh)
Om
Swastiastu
Namo
Buddhaya
SALAM
SEJAHTERA UNTUK KITA SEMUA
Pada
blog kali ini, saya akan membahas tentang KONFLIK ANTAR KELOMPOK. Sebagaimana
kita semua tau, namanya manusia dalam bersosialisasi dengan siapa saja, pasti
pernah mengalami konflik, bahkan sekecil apapun. Apa, mengapa, dan bagaimana
sih konflik bisa terjadi? So, check this out.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Sebagaimana yang sudah kita ketahui dan
yang tidak perlu disampaikan lagi, bahwa manusia tidak pernah lepas dari satu
peristiwa yang bernama ‘MASALAH’. Masalah yang terjadi pun lama kelamaan bisa
menjadi Konflik. Konflik bisa terjadi dimana saja. Bisa di keluarga, sekolah,
kampus, bahkan hingga masyarakat.
1.
Konflik
pun punya macam-macam. Bisa konflik tentang perbedaan pendapat, konflik tentang
agama, dan berbagai konflik lainnya. Dan jika konflik tersebut tidak bisa
teratasi, akan menimbulkan masalah besar.
1.2 Maksud dan
Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini
adalah untuk mengetahui pengertian dari konflik. Membahas kasus studi tentang
konflik yang sering terjadi di negeri kini. Dan memberikan informasi tentang konflik
antar kelompok .
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini seperti:
1.
Apa
itu konflik?
2.
Apa
itu kelompok?
3.
Mengapa
terjadi konflik antar kelompok?
4.
Apa
akibatnya konflik?
5.
Bagaimana
penyelesaian konflik antar kelompok?
6.
Contoh
Kasus konflik antar kelompok
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan
makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media
pustaka dalam penyusunan makalah ini. Dengan menyebutkan berbagai sumber untuk
penulisan makalah ini.
BAB II
PEMECAHAN
MASALAH
2. 1.
Pengertian Konflik
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
Interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik bertentangan
dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Ada beberapa pengertian
konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977),
konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai
keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997:
437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung
dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja
sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan
konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu
atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi
maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik
tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk
minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok
atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini terutama
pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik
organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain
berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris
terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik
tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau
akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu
dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan.
Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau
lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules,
1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui
perilaku-perilaku komunikasi (Folger & Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama,
yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan,
keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps,
1986:185; Stewart, 1993:341).
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang
satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam
level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
2.
2.
Pengertian
kelompok
Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau
lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung (interdependent) dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, meyebabkan satu sama lain saling
mempengaruhi (Cartwright&Zander, 1968; Lewin, 1948)
Menurut Muzafer Sherif: Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup
intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian
tugas, struktur dan norma-norma tertentu.
*Seseorang yang sama-sama berada di
suatu tempat (perpustakaan, halte bus, dll) tetapi tidak berinteraksi dan
memiliki tujuan sendiri-sendiri bukan termasuk kelompok, melainkan “agregat”.
Mengapa
Orang bergabung dalam Kelompok?
Ternyata
kelompok ada manfaatnya, yaitu:
a)
Orang-orang lain menjadi sumber informasi yang sangat penting
b)
Kelompok juga menjadi bagian penting dari identitas kita, yang mendefinisikan
siapa diri kita.
c)
Kelompok membantu menegakan norma social, aturan, yang eksplisit atau implicit
mengenai prilaku yang dapat diterima.
2. 3.
Faktor terjadinya konflik antar kelompok
Konflik antar kelompok dapat terjadi karena
hal-hal berikut:
·
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak
akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran
dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan
individu yang dapat memicu konflik.
·
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki
perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab
itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan
kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan
sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga
harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena
dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi
para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna
mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara
kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan
pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para
buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan
pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta
volume usaha mereka.
·
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu
yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau
bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehiodupan masyarakat yang telah ada.
2.4 Akibiat dari konflik antar kelompok
Hasil dari sebuah
konflik adalah sebagai berikut :
·
meningkatkan solidaritas
sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok
lain.
·
keretakan hubungan antar
kelompok yang bertikai.
·
perubahan kepribadian
pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
·
kerusakan harta benda
dan hilangnya jiwa manusia.
·
dominasi bahkan penaklukan
salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah
mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap
konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita
dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan
hipotesa sebagai berikut:
·
Pengertian yang tinggi
untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan
keluar yang terbaik.
·
Pengertian yang tinggi
untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk
"memenangkan" konflik.
·
Pengertian yang tinggi
untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan
"kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
Tiada pengertian untuk
kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
2. 5.
Upaya
penyelesaian konflik antar kelompok
Banyak cara untuk memecahkan persoalan
konflik antar pribadi maupun antar kelompok, misalnya membuka diri, menerima
umpan balik, menaruh kepercayaan terhadap orang lain. Ada beberapa strategi
untuk mengurangi konflik di organisasi,yaitu :
a.
Memecahkan masalah
melalui sikap kooperatif
Bila dua kelompok atau dua individu
memiliki tujuan yang berbeda karena masing-masing menganut sistem nilai yang
berbeda, maka penyelesaian masalahnya ialah:
·
Duduk
bersama, berunding, dan bermusyawarah
·
Melihat
masalah dengan kepala dingin dan mendiskusikannya
·
Melalui
sikap kooperati orang berusaha melepaskan perbedaan- perbedaan yang tidak
prinsipil, untuk lebih banyak menemukan titik-titik persamaan
·
Tidak
selalu mau menang sendiri dan mengharuskan pihak lain mengalah. Bersedialah
mengalah dengan itikad baik untuk memecahkan masalah.
b.
Mempersatukan tujuan
Tujuan yang dipersatukan ini sama dengan
tujuan yang harus dicapai oleh kelompok yang tengah berselisih. Tujuan bersama
itu harus bisa dicapai karena sifatnya imperative atau memaksa. Melalui jalan
kooperatif dan disertai rasa solidaritas tinggi, orang harus bisa bekerjasama
atas dasar saling percaya-mempercayai satu sama lain.
c.
Menghindari konflik
Cara paling wajar dan mudah yaitu
menghindari suatu konflik, yang bertujuan untuk tidak melakukan, menentang,
lalu mendesak semua kesebalan dan kekecewaan kedalam ketidaksabaran sehingga
menjadi kompleks-kompleksterdesak, yang sering menjadi sumber pengganggu bagi
ketenangan batin sendiri. Dengan jalan pendesakan bertujuan menghindari
kesusahan. Yang penting adalah menghindari orang yang tidak disenangi, dan
menghindari konflik terbuka. Selanjutnya cepat atau lambat orang harus berani
saling berkonfrontasi dan mencari jalan penyelesaiannya.
d.
Memperhalus konflik
Memperhalus konflik itu berarti melicinkan
jalan atau memperhalus penyelesaian konflik dengan jalan:
Mengecilkan perbedaan-perbedaan sikap
dan ide dari perorangan dan kelompok yang tengah bertikai
Dan memperbesar titik persamaan/ titik
singgungdari tujuan atau kepentingan bersama, yang harus dicapai dengan cara
kooperatif.
Dengan memperhalus konflik dan
melicinkan jalan penyelesaian orang berusaha dengan sengaja dan sadar
menyingkirkan perbedaan untuk lebih menonjolkan persamaan serta kepentingan
bersama, sehingga jalan damai dapat ditempuh untuk memecahkan masalah yang
dipertengkarkan.
e.
Kompromi
Kompromi merupakan proses saling
berjanjiantara kedua belah pihak yang bersedia melepaskan sebagian dari
tuntutannya. Dalam peristiwa kompromi boleh dikatakan tidak ada pihak yang
menang dan yang kalah secara mutlak. Kedua belah pihak bersedia mengorbankan
sedikit dari pendirian dan tuntutanya sehingga tersapai satu keputusan bersama,
sekalipun keputusan itu tidak bisa disebut sebagai hasil yang optimal bagi
kedua belah piha. Keputusan hasil kompromi itu merupakan produk penalaran,
saling mengalah, saling memberi dan menerima dimana kedua belah pihak saling
terpuaskan.
f.
Tindakan yang otoriter
Dalam struktur organisasi formal dengan
adanya relasi atasan- bawahan, maka otoritas dan kewibawaan pemimpin yang berkedudukan
paling tinggi merupakan suara pemutus bagi konflik antar-individu dan
antar-kelompok. Kekuasaan formal merupakan bentuk arbitrage atau perwasitan dan
sebagai alat penentu. Kepemimpinan otoriter dengan tindakan-tindakan yang tegas
dan drastis itu disaat genting itu bisa menegakkan orde, bisa menjadi alat
koordinasi yang efektif.
2. 6.
Contoh
kasus konflik antar kelompok dan bagaimana penyelesaiannya
Sindonews.com - Konflik di Lampung Selatan yang
menewaskan belasan orang itu antara warga sejumlah kampung di Kecamatan
Kalianda dengan warga Desa Balinuraga, Kecamatan Waypanji, sudah memiliki
konflik masa lalu.
"Kasus konflik di Lampung selatan sudah ada akar konflik masa lalu," kata Anggota DPR RI daerah pemilihan (dapil) Lampung Almuzzammil Yusuf kepada Sindonewsmelalui pesan singkatnya, Rabu (31/10/2012) malam.
Oleh sebab itu, katanya, kedua masa yang bertikai harus segera dimediasi oleh para tokoh adat dan tokoh setempat.
"Kasus konflik antar warga atau suku, harus cepat dimediasi atau diproses hukum oleh aparat keamanan," tambahnya.
Anggota Komisi I ini menyarankan, jika hal itu terjadi kembali, pihak keamanan harus segera dislokasi. "Sehingga konflik tidak meluas menjadi konflik massa," pungkas anggota DPR asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Seperti diketahui, bentrokan antar warga di Lampung bermula pada Sabtu 27 Oktober 2012 lalu, sekira pukul 23.00 WIB. Saat itu, dua gadis Lampung asal Desa Agom yang sedang mengendarai sepeda motor mendapatkan gangguan dari pemuda asal Desa Balinuraga, sehingga terjatuh dan mengalami luka-luka.
Insiden itu diduga memicu kemarahan warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Sehingga, ratusan warga Agom sontak mendatangi Desa Balinuraga yang mayoritas warganya beretnis Bali dengan menenteng senjata tajam, parang, pedang, golok, celurit, bahkan senjata senapan angin.
Bentrokan antarsuku pun tidak terhindarkan. Bentrok antarsuku di Lampung Selatan tersebut, bukanlah peristiwa pertama kali yang terjadi di kabupaten tersebut. Sebelumnya, pada Agustus 2012, bentrokan serupa terjadi Desa Banyuwangi dan Desa Purwosari, di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Penyelesaian:
Momen bersejarah bagi warga Lampung Selatan
terutama warga Suku Bali (di desa Balinuraga) dan Suku Lampung yang sebelumnya
terjadi bentrokan yang mengakibatkan puluhan jiwa meninggal dari kedua belah
pihak serta kerugian material rumah, motor, dan fasilitas lain dibakar ,
dirusak warga.
Momen tersebut telah terjadi kesepakatan
damai, yang dilakukan dua tokoh masyarakat Bali dan Lampung yang dimediasi oleh
pemerintah.
Inilah lima poin Maklumat dari Majelis
Penyimbang Adat Lampung (MPAL) dan tokoh adat Bali terkait konflik di desa Bali
Nuraga Lampung Selatan :
1. Bersepakat bahwa aksi massa
dan tragedi Lampung Selatan bukan merupakan konflik SARA, namun disebabkan oleh
adanya kepentingan sekelompok orang yang berusaha memecah belah persatuan warga
Bali dan Lampung.
2. Bersepakat mengecam
kejadian kerusuhan yang melibatkan warga Bali dan Lampung hingga menyebabkan
hilangnya nyawa manusia, penganiayaan, penjarahan, serta pembakaran.
3. Bersepakat dalam beberapa
hal untuk penyelesaian konflik yakni:
·
Menjadikan
hukum sebagai panglima dalam proses penyelesaian kasus dan sebagai solusi
bermartabat.
·
Mendorong
pemerintah pusat, daerah, dan aparat keamanan untuk mengedepankan netralitas
sehingga pemulihan kondisi warga yang menjadi korban.
·
Memberikan
dorongan dan dukungan kepada Komnas HAM Serta lembaga-lembaga hukum lokal,
nasional, dan internasional untuk mendorong terciptanya kedamaian.
·
Memprioritaskan
tuntasnya proses rekonsiliasi dan perdamaian dengan melibatkan unsur-usur adat.
·
Mewaspadai
adanya kasus-kasus lanjutan.
4. Bersepakat menolak
pengusiran terhadap warga dari wilayah konflik dengan alasan apapun.
5. Bersepakat mengimbau kepada
masyarakat adat di Lampung dan di Bali untuk mengedepankan prinsip kebersamaan
dan persatuan demi terjaganya harmonisasi kehidupan.
Langkah paling penting yang perlu dilakukan
adalah segera disosialisasikan kepada seluruh warga yang terlibat konflik.
Jangan sampai hasil penandatanganan damai disimpan saja di dalam map, tetapi
disebarkan kepada masyarakat yang terlibat. Aparat pemerintah dan tokoh-tokoh
dari kedua belah pihak terus saling komunikasi sehingga terjalin keharmonisan
keduannya. Untuk sementara dari pihak pemerintah desa kedua warga diharapkan
membatasi diri tidak berkumpulnya warga dalam jumlah banyak. Ini suatu tindakan
untuk membatasai jangan sampai muncul kebangkitan semangat mengungkit masa lalu
. hati-hati dengan orang yang memberikan dorongan semangat (memprovokasi),
tinggalkan masa lalu, instrospeksi untuk membangun masa depan hidup damai,
rukun, untuk meraih kejayaan di Lampung.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Perbedaan tradisi, budaya dan berbagai
perilaku subkultur tertentu dalam kelompok masyarakat dapat dijadikan alat
perekat membangun kebersamaan ( togetherness ) untuk tujuan dan tercapainya
kepentingan bersama atas dasar saling peduli, saling menghormati dan saling
mempercayai sesama anak bangsa.
Komunikasi antar ( silang / lintas )
budaya bagi bangsa Indonesia sangat penting untuk dipahami oleh segenap
komponen bangsa, mengingat negara dan bangsa Indonesia terdiri dari kepulauan
yang dihuni oleh berbagai etnis dengan anekaragam budaya, tradisi dan memeluk
agama yang beraneka ragam. Pemahaman ini sangat penting utamanya dalam
menyikapi pelaksanaan otonomi daerah yang sering dijangkiti pandangan
etnosentrisme sempit.
3.2
SARAN-SARAN
Kata kunci yang sangat penting dalam
komunikasi antar berdaya adalah ketulusan dalam komunikasi dialogis setiap
komponen dan anggota kelompok budaya, yang diiringi oleh sikap pribadi yang
bebas dari rasa permusuhan dan prasangka. Semoga bangsa kita mampu dan mau
keluar dari buruk sangka dan pertentangan kepentingan kelompok SARA yang
sesungguhnya hanyalah merupakan pemborosan energi dan waktu belaka.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar